Kamis, 24 Juli 2008

Alternatif Pencarian Ide 2

Anto dan Andi tengah jalan-jalan di alun-alun saat mata Andi tertuju pada pedagang koran dan majalah yang mangkal di pinggir jalan.

"Nto, kita ke pedagang koran itu, yuk?" ajak Andi sambil berjalan mendahului. Sedangkan Anto hanya mengangguk menjawab ajakan sahabatnya itu.

Sesampainya di pedagang tersebut, Andi melihat-lihat sejenak tumpukan koran dan majalah. Kemudian, tangannya mengambil majalah anak-anak terbitan ibu kota yang sudah terkenal dan membelinya.

Kedua sahabat itu kemudian melanjutkan jalan-jalan di alun-alun untuk menikmati suasana sore menjelang malam. Anto sempat membeli kacang rebus untuk menemani mereka ngobrol sambil duduk di bangku yang tersedia di alun-alun.

Sementara itu, Andi membolak-balik dan membaca beberapa cerita anak yang ada dalam majalah itu.

"Eh, To, kenapa aku baca dari tadi nggak ada pesan moral dalam cerita anak ini, ya?" tiba-tiba Andi membuka pembicaraan.

"Maksud kamu, pesan moral yang kayak apa?" jawab Anto balas bertanya sambil mengambil majalah anak-anak itu dari tangan Andi.

"Biasanya, kan, dalam sebuah cerita harus ada pesan moral seperti jangan membolos, jangan mencuri jambu tetangga, jangan menyontek dan sebagainya," jawab Andi.

"Oh... itu sih udah ketinggalan jaman, Ndi. Sekarang kita sebagai penulis harus mempunyai daya kreatifitas tinggi. Jangan hanya mengekor format yang sudah ada sejak jaman Unyil dan Pak Raden," kata Anto sambil melanjutkan, "Jaman sekarang sudah berubah. Begitu juga dengan psikologi anak-anak."

Andi yang mendengar kata-kata Anto hanya mencibirkan mulutnya. "Huuuu sok tahu kamu."

"Bukannya sok tahu, tapi sebagai penulis, kita harus dapat menciptakan trend baru bagi pembaca kita. Cobalah menulis apa saja yang pernah kamu alami dengan gaya bertutur yang lebih ringan. Syukur kalau kamu bisa membuat cerita yang kocak. Nggak ada pesan moral juga nggak pa-pa, malah buat aja cerita yang mengkritik orang dewasa. Jangan hanya menasehati dan menggurui melulu," kata Anto.

"Wah, benar-benar sok tahu kamu. Aku saja baru pertama kali ini membaca cerita anak model begini, kok kamu sudah bisa bicara panjang lebar tentang format cerita anak yang baru," kata Andi meragukan kata-kata Anto.

Sambil tersenyum Anto kembali menyerahkan majalah anak-anak itu pada Andi, "Nah, baca dulu siapa penulis cerita yang kamu baca itu baru kamu tahu apa yang aku katakan benar atau tidak," kata Anto sambil menunjuk nama penulis yang tertera di cerita tersebut.

Dengan kaget Andi membaca nama penulisnya: A N T O.

Rabu, 02 Juli 2008

Alternatif Pencarian Ide untuk Cerita

Lebih dari satu bulan Andi dan Anto tak bersua. Sebagai seorang sahabat, Andi sangat kangen pada temannya itu sehingga hari ini dia pergi untuk mengunjungi sahabat karibnya tersebut.

Seperti biasanya juga, selain kangen, Andi juga membawa misi untuk mengorek ilmu Anto mengenai tulis menulis.

Sesampainya di rumah Anto, kebetulan Anto sedang memandikan Si Bagong, burung kesayangannya. "Woi, dah rubah haluan jadi pedagang burung, nih?" kata Andi menyapa sahabatnya.

Karena kaget, Anto yang lagi nyemprot si Bagong memutar tubuhnya ke belakang. Tapi karena memegang selang, maka arah semprotan selang yang tadinya ke tubuh si Bagong, jadi berubah menyemprot tubuh Andi.

Terang aja Andi mencak-mencak mengeluarkan ginkang (ilmu ringan tubuh)-nya. Tapi dasar emang nggak punya ilmu meringankan tubuh, maka sebagian bajunya sudah kena semprot air duluan.

"Sory, Ndi... sorry. Habis kamu ngageting aja, sih," kata Anto sembari meminta maaf dan mematikan aliran air.

"Tumben, ada apa nih?" tanya Anto sambil memberikan handuk untuk mengeringkan tubuh Andi.

Andi menyambut handuk itu sambil tetap manyun. "Tadinya aku kangen sama kamu, tapi sekarang aku jadi males. Soalnya, bukan di kasih air minum malah disuruh mandi," jawab Andi.

"Aku kan sudah minta maaf. Ayo duduk sini," kata Anto mempersilahkan sahabatnya itu untuk duduk di kursi yang ada di teras rumah.

Setelah duduk dan meminum teh hangat, Andi kemudian menceritakan masalah pokoknya selain rasa kangen terhadap Anto.

Andi merasa sudah mulai bisa menulis, terbukti dengan beberapa hasil karyanya dan pernah memenangkan sebuah lomba penulisan cerita pendek di sebuah majalah ibu kota.

Namun, saat ini, Andi mengalami kesulitan mencari ide-ide segar.

Setelah mendengar, Anto tiba-tiba berkata, "Aku mau pergi."

Andi yang baru saja meminum teh hangatnya langsung menyemburkannya karena kaget. "Bruah!"

Ganti Anto sekarang yang harus jumpalitan menghindari semburan air teh hangat dari mulut Andi. "Gila, loe, ya" teriak Anto.

"Kamu yang gila," balas Andi nggak mau kalah. "Masa' aku minta bantuan, kamu malah mau pergi."

"Lha, kan itu tadi sudah aku bantu," balas Anto sengit.

"Bantu apaan?" tanya Andi nggak ngerti.

"Aku mau pergi. Itu kalimat bantuan dari aku. Tinggal kamu sendiri yang harus bisa ngembangin," kata Anto.

"Aku masih belum ngerti," kata Andi.

Terpaksa Anto menjelaskan mengenai beberapa metode alternatif mencari ide. "Dalam mencari ide, kita tidak harus menyendiri atau pergi ke tempat-tempat sepi. Tapi ada juga beberapa alternatif untuk mencari ide yang sederhana tapi sangat manjur. Di antaranya:

1. Metode Daftar Kata

Metode ini bisa diterapkan dengan mengambil kata secara acak dari buku atau kamus. Kalau memungkinkan, minta teman yang memilihkan.

Buatlah daftar kata yang harus dimuat cerita itu sekitar 8-10 kata. Contohnya, hutan, harimau, pohon, tertawa, rumah.

Nah, kata-kata itu tidak saling berhubungan, jadi asyiknya ya merangkai cerita agar kata-kata tersebut ada semua.

2. Metode First Line

Ambil kalimat pertama dari buku manapun, tapi yang belum dibaca atau minta bikinin kalimat sama teman, dan coba kamu karang sendiri lanjutannya.

Metode kedua inilah yang aku berikan padamu tadi.

3. Metode Judul

Seperti metode kedua, kamu bisa lihat-lihat judul buku di perpustakaan atau toko buku. Coba tulis cerita berdasarkan judul yang menarik perhatian tanpa tahu isinya terlebih dahulu.

Nah, dari tiga metode ini, coba kamu pilih salah satu atau gabungkan ketiga metode tersebut untuk mendapatkan ide bagi naskah ceritamu. Mudah-mudahan berhasil," jelas Anto panjang lebar.

Setelah mengerti, Andi jadi tersenyum dan ganti dia yang minta maaf sama Anto.

"Memang nggak pernah rugi aku main ke rumahmu, Nto," kata Andi pada sahabatnya sambil tersenyum.

"Itulah gunanya teman," jawab Anto sambil menepuk pundak sahabat tercintanya itu dan mereka pun meneruskan menikmati segelas teh hangat dan pisang goreng kegemaran mereka berdua yang baru dibeli saat Mak Ijah lewat.