Anto dan Andi tengah jalan-jalan di alun-alun saat mata Andi tertuju pada pedagang koran dan majalah yang mangkal di pinggir jalan.
"Nto, kita ke pedagang koran itu, yuk?" ajak Andi sambil berjalan mendahului. Sedangkan Anto hanya mengangguk menjawab ajakan sahabatnya itu.
Sesampainya di pedagang tersebut, Andi melihat-lihat sejenak tumpukan koran dan majalah. Kemudian, tangannya mengambil majalah anak-anak terbitan ibu kota yang sudah terkenal dan membelinya.
Kedua sahabat itu kemudian melanjutkan jalan-jalan di alun-alun untuk menikmati suasana sore menjelang malam. Anto sempat membeli kacang rebus untuk menemani mereka ngobrol sambil duduk di bangku yang tersedia di alun-alun.
Sementara itu, Andi membolak-balik dan membaca beberapa cerita anak yang ada dalam majalah itu.
"Eh, To, kenapa aku baca dari tadi nggak ada pesan moral dalam cerita anak ini, ya?" tiba-tiba Andi membuka pembicaraan.
"Maksud kamu, pesan moral yang kayak apa?" jawab Anto balas bertanya sambil mengambil majalah anak-anak itu dari tangan Andi.
"Biasanya, kan, dalam sebuah cerita harus ada pesan moral seperti jangan membolos, jangan mencuri jambu tetangga, jangan menyontek dan sebagainya," jawab Andi.
"Oh... itu sih udah ketinggalan jaman, Ndi. Sekarang kita sebagai penulis harus mempunyai daya kreatifitas tinggi. Jangan hanya mengekor format yang sudah ada sejak jaman Unyil dan Pak Raden," kata Anto sambil melanjutkan, "Jaman sekarang sudah berubah. Begitu juga dengan psikologi anak-anak."
Andi yang mendengar kata-kata Anto hanya mencibirkan mulutnya. "Huuuu sok tahu kamu."
"Bukannya sok tahu, tapi sebagai penulis, kita harus dapat menciptakan trend baru bagi pembaca kita. Cobalah menulis apa saja yang pernah kamu alami dengan gaya bertutur yang lebih ringan. Syukur kalau kamu bisa membuat cerita yang kocak. Nggak ada pesan moral juga nggak pa-pa, malah buat aja cerita yang mengkritik orang dewasa. Jangan hanya menasehati dan menggurui melulu," kata Anto.
"Wah, benar-benar sok tahu kamu. Aku saja baru pertama kali ini membaca cerita anak model begini, kok kamu sudah bisa bicara panjang lebar tentang format cerita anak yang baru," kata Andi meragukan kata-kata Anto.
Sambil tersenyum Anto kembali menyerahkan majalah anak-anak itu pada Andi, "Nah, baca dulu siapa penulis cerita yang kamu baca itu baru kamu tahu apa yang aku katakan benar atau tidak," kata Anto sambil menunjuk nama penulis yang tertera di cerita tersebut.
Dengan kaget Andi membaca nama penulisnya: A N T O.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar