Senin, 24 Maret 2008

Kesederhanaan dalam Cerita Anak

Setelah setiap kali pertemuan antara Anto dan Andi dimulai dengan kata pembuka 'Pada suatu hari', kini kata pembuka bagi cerita Anto dan Andi dimulai dengan kata yang berbeda, yaitu 'Pada suatu ketika' (Hei! Emang ada bedanya apa? He.he.he. sori bos, becanda).

Kali ini, kata pembukanya adalah 'Dalam perjalanan'. Nah, silahkan disimak!

Dalam perjalanan ke sebuah penerbit, Andi dan Anto terlibat dalam sebuah obrolan yang seru di dalam angkot.

"Ndi, cerita yang mau kamu kirim tentang apaan, sih?" tanya Anto sambil mencomot kripik pisang dari tangan Andi.

"Ya, cerita yang spektakuler pokoknya. Kalo nggak gitu, aku nggak pede buat ngirim cerita ini," jawab Andi dengan bangga sambil mengacungkan amplop berisi naskah ceritanya.

"Wah, yakin nih, ceritanya heboh banget?" tanya Anto lagi, "Boleh aku lihat?"

"Boleh aja. Tapi sori dori mori, ya, aku nggak terima koreksi dan kritik saat ini," ucap Andi mantap.

"Lho, kenapa begitu?" Anto jadi heran.

"Soalnya, klo terus ndengerin koreksi dan kritik kamu, aku nggak bakalan maju-maju. Sebab, setiap kali aku mau kirim naskah, kamu selalu bilang naskahku kurang inilah, kurang itulah dan ujung-ujungnya aku nggak jadi ngirim cerita anak ini ke penerbit," jelas Andi.

Anto hanya tersenyum mendengar alasan Andi. "Ya, kalau kritiknya membangun dan membuat cerita anak itu menjadi lebih baik, nggak pa-pa toh?"

"Betul itu, tapi aku juga ingin dengar alasan dari pihak lain. Semacam second opinion, lah," tegas Andi.

'CIT!!!!' Angkot tiba-tiba berhenti dan amplop cerita anak itupun terlepas dari tangan Andi. Sebagian isinya berserakan keluar dari amplopnya.

"Woi!! Gimana sih abang sopir ini. Ngerem kok mendadak gene," teriak Andi yang kesal karena naskah cerita anaknya jadi berhamburan.

"Maaf, Oom," kata sopir angkot sambil cengar-cengir. (Dasar sopir angkot, bukannya nyesel malah cengar-cengir. Coba klo karena sikapnya ngerem mendadak itu kemudian ada kendaraan di belakangnya yang kaget dan celaka, kan jadi berabe urusannya.

Sebuah tangan turut membantu memunguti kertas yang berserakan itu. "Saya bantu ya, dik," kata pemilik tangan itu.

Sekilas, Andi dan Anto memandang penumpang di depan mereka. Orang itu berperawakan pendek dengan kulit hitam dan rambut kribo, dari wajahnya aja bisa mengundang kita untuk tersenyum dan tertawa. Cerah banget! (Emang matahari, cerah).

"Oh, terima kasih, ya, pak," kata Anto akhirnya.

Sesaat, orang itu membolak-balik kertas cerita anak milik Andi, seperti orang yang membaca dengan cepat sambil menata dan mengurutkan sesuai nomor halamannya.

"Ini cerita anak, ya?" tanya orang itu sambil menyerahkan tumpukan kertas yang sudah disusunnya kepada Anto.

"Betul, pak. Naskah itu milik teman saya ini," jawab Anto. "Gimana, pak? Bagus ndak ceritanya?" todong Anto yang rupanya memergoki bahwa orang yang membantu mengumpulkan naskah itu sempat membaca beberapa halaman cerita anak milik Andi.

"Wah, ketahuan, ya, klo saya membaca sekilas naskah milik temanmu. Jadi malu saya?" kata orang itu dengan mimik memelas meminta maaf.

"Nggak pa-pa, kok, pak. Semakin banyak pendapat, kan semakin baik," kata Anto sambil melirik Andi dengan pandangan yang seolah berkata 'Nih, dengerin pendapat orang lain selain aku'.

"Menurut saya, naskah tadi sekilas cukup bagus. Cuman ceritanya masih kurang terbangun dengan baik," kata orang berambut kribo itu.

"Maksudnya, pak?" tanya Andi yang penasaran karena orang yang dianggapnya pendek dan dekil itu berani mengkritik cerita anak miliknya.

"Begini, seperti fiksi secara umum, cerita untuk anak atau kita sebut saja fiksi anak juga dibangun oleh beberapa unsur.

Yang pertama adalah Tema. Sebuah tema yang tepat untuk fiksi anak adalah yang menghibur, mendidik dan inspiratif.

Yang kedua, Penokohan. Dalam fiksi anak, jumlah tokoh jangan terlalu banyak. Kita bisa membatasi dengan 1-4 tokoh utama dan 5 pendukung. Kalo terlalu banyak akan membingungkan pembaca dalam menghapal dan memahami si tokoh.

Yang ketiga, Alur. Menurut saya, bacaan yang mengasikkan adalah yang alur ceritanya mengalir. Untuk itu, seorang penulis biasanya membangun peristiwa ke peristiwa yang lain saling berkaitan hingga akhir cerita. Dalam alur, kita akan menemukan pembukaan, konflik, klimaks, dan anti klimaks.

Yang keempat, Setting. Latar atau setting fiksi anak barangkali hal yang paling luas di dunia fiksi. Dengan imajinasi yang luas, fiksi anak nyaris tak memberi batasan. Kita bisa membuat dongeng tentang kehidupan makhluk di bawah air terjun atau yang lainnya. Selain latar tempat, latar waktu juga bisa kita akali. Walau pada kenyataannya, fiksi anak Indonesia lebih banyak menggunakan setting modern dan sekolah yang mungkin disebabkan karena kedekatan geologis dan waktu terhadap pembacanya yang anak-anak.

Yang kelima, meski yang terakhir tapi juga sangat penting adalah Trik. Setiap penulis pada akhirnya harus memiliki style atau gaya dalam menulis. Hal ini berkaitan dengan citra penulis itu sendiri nantinya. Seorang penulis yang mempunyai gaya atau style bercerita yang lain dengan penulis kebanyakan biasanya akan selalu diingat dan lebih mendapat tempat di hati pembacanya. Penulis juga harus mampu memahami dan membuat trik dalam bercerita, sehingga cerita dengan tema sesederhana apa pun jadi menarik untuk dibaca.

Silahkan Anda mencermati beberapa karya penulis fiksi anak ternama, misalnya Enid Blyton, Wendo, Astrid, Benny Rhamdani, Ali Muakhir dan yang lainnya. Dari situ kita akan dengan mudah menemui trik mereka dalam bercerita hingga mampu memikat dan dengan banyak melatih menulis, trik bercerita akan makin terasah dan tertanam.

Mungkin itu saja yang bisa saya sharing saat membaca naskah cerita anak milik Anda tadi," dengan lancar, jelas dan gamblang orang berperawakan pendek, dekil dan berambut kribo itu berbicara, sampai-sampai Anto dan Andi melongo dibuatnya.

"Kiri, pak sopir," teriak orang itu sambil tersenyum kepada Andi dan Anto. "Saya turun disini dulu ya. Sampai ketemu di lain waktu."

Sebelum orang itu turun Anto buru-buru bertanya, "Siapa nama Bapak?"

Tapi orang itu hanya tersenyum dan terus turun dari angkot.

Setelah angkot berjalan kembali, Andi melihat sebuah kartu nama yang nampaknya terjatuh dari saku jaket orang tadi. Andi memungutnya dan membaca nama yang tertera di kartu nama itu.

"Boim Lebon," ucap Andi dan Anto berbarengan.

Senin, 17 Maret 2008

Bahasa untuk Cerpen Anak

"Wadohhhhh!! Pusing gue. Gue pusing!" teriak Andi suatu pagi.

Anto yang menemani disebelahnya tentu saja terkejut dan meloncat sejauh 10 meter ke samping (weleh, emang punya ilmu meringankan tubuh, hingga bisa loncat sejauh itu?).

"Apaan sih, Ndi? Ngagetin orang aja," omel Anto.

"Sori deh, gue lagi bingung nih, Nto," keluh Andi.

"Bingung apa lagi, bilang dong ama gue," kata Anto.

"Gue malu kalo tanya melulu ama loe," kata Andi yang mukanya memerah karena malu.

"Busyet dah! Ngomong malu aja sampai wajah loe memerah kayak gadis mau dikawinin aja," tawa Anto pun berderai. "Coba ngomong dulu apa masalahnya, ntar kita pecahin bersama biar loe nggak bingung lagi."

"Kita? Loe kali, gue kagak," sambar Andi yang menirukan gaya ruben di acara Mamamia setiap kali mendengar kata KITA.

"Ya, terserah loe aja deh, yang penting ngomong dulu apa masalahnya," kata Anto kalem.

"Gini, Nto. Gue kan bikin cerita anak lagi dan udah gua kirim, tapi naskah itu dibalikin lagi dengan alasan bahasa gue nggak sesuai. Nah, gue kan bingung, emang bahasa yang benar itu kayak apa? Selama ini gue kirim naskah ke tempat lain selalu oke-oke aja," kata Andi akhirnya.

"Selama ini kamu kirim naskah, semuanya dimuat atau diterbitkan?" tanya Anto sebelum menjawab keluh kesah sahabatnya itu.

"Ya, nggak lah. Kan, loe tahu sendiri baru sekali naskah gue dimuat," sembur Andi agak emosi karena mengira Anto mengejeknya.

"Nah, itulah. Mental kamu itu bisa kubilang mental yang lembek. Kena rintangan sesekali aja udah ngeluh, udah nyerah. Tetap berjuang, dong! Semangat!" kata Anto.

"Loe yang tinggal ngomong, enak! Nah gue yang harus ngejalaninnya ini yang bingung, ujung-ujungnya pusing deh. Klo loe bisa ngomong kayak gitu, emang loe tahu bahasa yang seperti apa yang mereka mau?" tanya Andi dengan gaya menantang.

Anto yang udah hapal lagak dan lagu sahabatnya itu senyam-senyum aja sambil mengatakan, "Gue sih bukannya paranormal yang bisa tahu keinginan seseorang dari jarak jauh. Gue juga bukan peramal yang bisa mengatakan ini begini, ini begitu. Tapi gue, sekali lagi gue adalah orang yang suka membaca dan hal ini sudah seringkali gue sarankan sama loe. Sering-seringlah membaca untuk menambah wawasan dan kemampuanmu dalam menulis.

Jangan puas dan berhenti belajar hanya karena satu naskah kamu sudah dimuat oleh media cetak. Hidup ini adalah pembelajaran, mulai kecil sampai kita mati nanti kita harus tetap belajar.

Nah, seperti yang pernah aku baca, di blog Penulis Cerita Anak, bahasa untuk cerita anak adalah bahasa yang mudah dicerna oleh anak-anak. Sederhananya pergunakan bahasa yang biasa digunakan oleh anak-anak agar mereka mengerti dan mudah mencerna cerita kita.

Sementara itu, dari millis Penulis Bacaan Anak, dibilang bahwa bahasa adalah kaca pada jendela. Ide dan cerita adalah pemandangan di luar sana. Jadi, kita harus terus berlatih menulis untuk mencapai tingkat yang baik dalam berbahasa, khususnya bahasa tulis.

Cara lainnya agar kemampuan bahasa tulis kita meningkat adalah memperbanyak kuantitas bacaan kita. Semakin banyak kita membaca, akan kian banyak pula kosakata yang kita serap. Dengan melatihnya dalam penulisan, akan semakin meningkat pula kemampuan kita dalam menata diksi.

Diksi bukan hanya sekedar untuk memilih kata yang tepat. Diksi juga bisa memperjelas ide. Bahkan, diksi juga bisa kita pakai untuk memperindah cerita. Jadi, perkata terus perbendaharaan kata yang loe miliki dan praktikkan dalam menulis.

Kalo maish mau belajar lagi coba ke blog Writer. Disitu juga banyak pembelajarannya, kok.

Gimana, paham nggak?" tanya Anto menutup penjelasannya.

Dan lagi-lagi seperti biasa, Andi hanya manggut-manggut kayak ayam matuk.
"Asyik! Gue sekarang dah ada ide untuk nulis cerita yang baru!" teriak Andi tiba-tiba yang kembali membuat Anto harus meloncat tinggi sejauh 10 meter lagi ke depan.

Selasa, 11 Maret 2008

Pundi Uang Tambahan Bagi Penulis dari Blogguebo.com

Setelah pertemuan terakhirnya dengan Anto membuat cita-cita Andi untuk menjadi seorang penulis anak profesional kandas, kini dalam pertemuan terkini mereka (ceile kayak re-match tinju profesional aja), Andi telah menyiapkan bahan untuk membalas argumen Anto.
Sengaja, Andi yang kali ini mendatangi rumah Anto. "Nto, Anto. Assalamualaikum!!" teriak Andi dari luar pagar rumah Anto.
"Waalaikumsalam warahmatullahiwabarakatuh!" Jawab Anto sambil membuka pagar dan mempersilahkan sahabatnya itu untuk masuk ke dalam rumah.
"Wah, lagi bikin naskah baru lagi, ya?" tanya Andi ketika melihat layar komputer Anto menyala.
"Nggak. Cuman mau melebarkan sayap saja, supaya pundi-pundi uangku makin banyak," jawab Anto singkat. Namun, jawaban singkat itu telah menggelitik saraf penasaran dalam diri Andi yang selalu menganggap Anto adalah orang yang mempunyai banyak keahlian, informasi, inisiatif dan kreatifitas.
Dengan melotot, Andi mendekati layar komputer Anto dan membaca tulisan yang sedang diketik oleh Anto.
"Blogguebo Review Kontes," gumam Andi di depan layar komputer.
Anto yang pandangannya ke komputer terhalang oleh kepala Andi kontan saja ngoceh-ngoceh, "Hoi! Apa-apan sih loe?! Nggak tahu orang lagi kerja, apa, ya?!"
"Sorry. Tapi gue penasaran banget ama tulisan ini. Maksudnya apaan sih?" tanya Andi.
"Ini yang gue bilang melebarkan sayap penghasilan gue. Selain menulis untuk majalah, koran atau tabloid, sekarang gue mulai mencoba lahan baru yaitu menulis di internet," jawab Anto.
"Emang ada yang mau bayar tulisan kita di internet?" seperti biasa Andi mengejar dengan pertanyaan.
"Ya iyalah. Namanya Paid Review," jawab Anto.
"Terus, ini apaan?" tanya Andi lagi sambil menunjuk tulisan 'Bloggue Review Kontes'.
"Oh, ini adalah Kontes Review Berhadiah yang diadakan oleh Blogguebo. Sebuah situs tempat gue belajar mengenai program Paid Review," jawab Anto.
"Situs itu berisi panduan-panduan, tips dan trik dalam mengikuti program-program yang bisa menghasilkan duit bagi kita atau sering juga disebut bisnis online," tambah Anto sambil membuka situs Blogguebo.com.
"Ini toh situsnya," kata Andi. "Kok sederhana banget tampilannya," celetuk Andi meremehkan.
"Yeee...Dont judge the book by cover," kata Anto sambil menambahkan, "Artinya, jangan menilai sesuatu hanya dari tampilan luarnya saja. Biar kelihatan sederhana, tapi dari blog ini sangat berbobot. Ibarat desain rumah yang saat ini lagi digembar-gemborkan para delevoper, blog ini termasuk blog yang minimalis tapi elegant. Sederhana dalam bentuk, tapi berbobot dalam isi. Seandainya gue nggak nemuin blog ini, mungkin gue nggak tahu apa itu Paid review, Paid to Click atau Paid to Read."
"Kalau loe dah baca artikel-artikel dalam blog ini, loe bakalan tahu apa yang gue maksud. Gue sih merasa enjoy banget dengan isi blog ini. Bahasanya santai, sederhana tapi tetap fokus pada topik dan mengena. Step by stepnya juga runut dan gampang diikuti, pokoknya TOP GBT deh!"
"Ya, sorry deh," kata Andi meminta maaf. "Eh, emang bisnis online itu cuman nulis-nulis begituan terus dibayar, gitu, ya?" tambah Andi.
"Bisnis online nggak cuman itu doang. Selain beberapa program yang gue sebutin barusan, ada juga program lain yang akan membayar kita apabila orang mengklik iklan yang ditayangkan di blog kita, namanya Google Adsense," jelas Anto.
"Wah apalagi tuh. Gimana cara ikutannya?" kejar Andi yang makin penasaran dan tertarik dengan bisnis online yang dijelaskan Anto.
"Kalau mau ikutan, loe mesti mendaftar Google Adsense terlebih dahulu. Kalau dah diterima, loe bisa pasang iklan Google di setiap website yang loe punya, gampang, kan?!" jawab Anto.
"Wah, gampang banget. Gue mau daftar dulu ah!" kata Andi antusias.
"Terus loe mau pasang di mana ntar kalau dah ketrima?" tanya Anto yang bingung karena tahu selama ini Andi termasuk orang yang gagap internet.
'Ya... daftar aja. Ntar pasang iklannya numpang di punya kamu," jawab Andi enteng.
Anto yang mendengar jawaban itu reflek melempar sebuah buku yang ada disampingnya tepat mengarah ke lutut Andi (Emang, otak Andi ada di mana, sih?)