Andi dan Anto kembali bertemu setelah sekian lama tak bertatap muka. Di hari raya Idul Fitri nan suci ini kedua sahabat itu berpelukan dan saling bermaaf-maafan,
"Minal Aidin Walfaidzin. Mohon maaf lahir batin," kata Anto sambil menjabattangan dan memeluk sahabatnya itu.
"Sama-sama," jawab Andi membalas pelukan sahabatnya itu.
"Bagaimana kegiatan menulismu, Masih berlanjut?" tanya Anto.
"Alhamdulillah masih, Hanya saja di bulan ramadhan kemaren aku sempat mengalami kebosanan dan kejenuhan dalam menulis, sampai-sampai aku mau muntah kalau melihat buku, pulpen atau komputer," jawab Andi.
"Wah!! Lebay bener kamu, Ndi. Masa sampai segitunya. Lagian kita pernah membahas soal kejenuhan dan kebosanan dalam menulis, deh," kata Anto sambil melanjutkan, "Kalau kamu mengalami kebosanan dalam menulis, kamu bisa rehat sebentar dengan bermain game, jalan-jalan ke mall atau aktivitas lain yang bisa bikin kamu refresh lagi. Tapi ingat, jangan terlalu lama refreshnya, ntar malah nggak mau nulis lagi jadinya."
Andi yang mendengar penjelasan sahabatnya itu bukannya mengangguk malah menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tak setuju pada kata-kata Anto.
"Aku sudah melakukan itu semua. Malah aku sampai pulang kampung untuk rehat sejenak dari menulis. Tapi, tetap saja aku merasa bosan dan jenuh dengan menulis," kata Andi.
"Ya... kalau pulang kampung, itu sih bukan untuk rehat dari menulis, tapi memang ritual kamu setahun sekali harus pulang kampung," tukas Anto dan kedua sahabat itupun tertawa bersama. Begitu senangnya mereka berdua dengan pertemuan ini hingga tawa merekapun sangat lepas dan tanpa beban.
Andi baru menyadari bahwa tiba-tiba dirinya ingin berbagi cerita saat di kampung kepada Anto. "Nto, aku ingin cerita pengalamanku selama lebaran di kampung>"
"Boleh. Aku juga ingin mendengar kegiatanmu selama di sana," jawab Anto.
"Tapi kamu masih punya laptop,kan di rumah?" tanya Andi.
"Masih, dong. Emang kenapa?" Anto balik bertanya dengan kening berkerut.
"Aku mau pinjem dulu, sebab aku mau menceritakan pengalamanku di kampung dengan menulis bukan dengan bicara," jawab Andi.
Anto yang mendengar jawaban Andi segera menyadari bahwa sahabatnya itu sudah mulai punya semanga untuk menulis alias bosan dan jenuhnya sudah hilang dan Antopun tertawa yang juga disambut dengan tawa lepas Andi.
Kedua sahabat itupun berjalan menuju rumah Anto dengan berangkulan dan meninggalkan tawa gembira di sepanjang perjalanan mereka.