Rabu, 02 Januari 2008

Judul Mbejundul

Anto datang berkunjung ke rumah Andi pada suatu sore. Saat masuk ke pekarangan rumah Andi, Anto melihat sahabatnya itu tengah membaca sambil mengerutkan dahi seperti orang yang sedang berpikir keras.

"Andi, ngapain dahi kamu berkerut begitu, ntar cepet tua lho!" canda Anto.

"Eh, kamu To. Kebetulan kamu datang. Aku lagi kebingungan nih, lagi cari judul yang pas untuk cerita yang baru saja kuselesaikan," kata Andi yang jelas sekali terlihat lega saat melihat kedatangan Anto, yang dikenalnya sebagai seorang penulis.

"Emang, kamu bingung dimananya? Judul itukan tinggal disesuaikan dengan ceritanya," Anto memberi sedikit penjelasan.

"Awalnya aku memang sudah menentukan judulnya, tapi setelah kubaca-baca, kok sepertinya judul itu kurang bombastis, jadinya berkali-kali aku menggantinya, tapi tetap saja belum sreg di hati," keluh Andi.

"Sebenarnya, memberi judul pada sebuah cerita itu gampang-gampang susah. Tidak semua judul harus bombastis dan berlebih-lebihan yang penting judul itu telah mewakili keseluruhan cerita yang ada, itu saja sudah cukup," Anto menerangkan mengenai pemberian judul pada Andi dan melanjutkan dengan penjelasan yang lain.

"Menurutku, kamu nggak perlu bingung atau sampai pusing dengan judul. Kalau kamu sudah punya ide, tulis aja dulu menjadi cerita. Adakalanya judul itu akan diganti oleh redaktur di sebuah penerbitan. Jadi, sah-sah aja kita beri judul apapun, karena nanti redaktur akan melihat kembali dan bila perlu dia akan mengganti judul yang kita berikan dengan judul yang menurutnya lebih pas. Memang kadang terasa menyakitkan, karena apa yang sudah kita kerjakan dengan baik lantas diganti oleh redaktur, tapi...ya, begitulah adanya. Redaktur mempunyai wewenang penuh akan hal itu.

Tapi, jika kamu memang ngotot untuk mempertahankan judul yang kamu beri, ada beberapa trik yang mudah diikuti. Contohnya; Judul yang didasarkan atas nama tokoh cerita, seperti Harry Potter and the Chamber of Stone, Wiro Sableng, Si Buta dari Gua Hantu, Abunawas dan sebagainya.

Bisa juga dengan berdasarkan pada benda yang menjadi obyek cerita, seperti Kaus Kaki Ajaib, Pensil Ajaib, Bendi Keramat, Misteri Wayang Titi dan lain sebagainya.

Selain itu, bisa juga judul kita ambil dari percakapan di dalam cerita, seperti Maafkan Nino, Ma...!, Ada Hantu, Awas, Ini Rahasia! dan lain sebagainya.

Juga bisa judul diambil dari pesan cerita yang kita berikan. Hal ini dapat kita lakukan apabila kita ingin membantu pembaca mengambil pesan dari cerita yang kita buat. Beberapa contoh judul dalam kategori ini adalah Menunda Itu Masalah, Jera Membolos, Kalau Saja Terus Terang, Pamrih dan lain sebagainya.

Itu tadi contoh-contoh judul yang pernah aku temui dan aku baca," kata Anto.

"Aku sudah bisa menangkap apa yang kamu jelaskan barusan. Tapi, kalau aku tetap ingin menggunakan judul yang aku pilih sendiri apakah itu salah?" tanya Andi kembali.

"Bukannya salah apabila kamu tetap ingin menggunakan judul yang kamu pilih. Tapi, ingat juga bahwa kita ini hidup bersosialisasi. Naskah kamu nanti akan kamu kirim ke penerbit dan di sana ada redaktur yang menyaring dan berhak menentukan perubahan apapun pada naskah kamu termasuk judul. Meski perubahan itu masih bisa dikompromikan tapi itulah wewenang redaktur, jadi apa yang menurut kita bagus belum tentu bagus menurut orang lain.

Kita harus berani menerima kritik dan saran dari orang lain untuk lebih meningkatkan kualitas karya kita. Jangan antipati dan menjadi marah apabila ada orang yang mengkritik karya kita," kata Anto panjang lebar.

"Sebagai penulis kita pun bisa berkreasi apa saja untuk menentukan judul. Jangan ragu untuk memodifikasi suatu judul yang populer, misalnya, Si Doel Anak Betawi, lalu kita ingin membuat cerita dengan judul modifikasi, Si Doel Bukan Anak Betawi, itu boleh-boleh saja, asal isi ceritanya bukan memodifikasi yang sudah ada.

Cara yang lain untuk menarik pembaca adalah dengan menggunakan judul yang berirama," kata Anto yang langsung dipotong oleh Andi. "Emang judulnya harus dilagukan, ya?"

"Bukan dilagukan tapi berirama, makanya kalau ada orang ngomong itu jangan dipotong, tapi dengerin dulu biar orang selesai ngomong kamu bisa ngerti," Anto jadi sewot melihat sahabatnya yang rada-rada gimana, gitu. Akhirnya, Anto melanjutkan, "Judul yang berirama itu misalnya, Gara-Gara Agar-Agar, Cimut si Semut, Galang sang Elang dan lain sebagainya."

"Oke-oke, panjang lebar kamu jelaskan aku juga dah ngerti kok, tapi aku kan penulisnya, jadi aku tetap ingin judulku yang dipakai, toh aku yang bikin cerita," Andi tetap ngotot dengan pendiriannya.

"Ya, sudah terserah kamu. Tapi kamu juga harus sadar siapa sih kamu? Apa karyamu sudah banyak bertebaran di media cetak? Kita boleh aja ngotot dan mempertahankan pendapat kita, tapi jangan sampai berani babi, apapun diterobos walau kepala sendiri jadi hancur. Kita harus bisa fleksibel dan tidak kaku dalam menyikapi segala sesuatu.

Kalau misalnya kamu sudah menjadi penulis terkenal, judul apapun yang kamu pasang, orang juga tetap akan membaca cerita kamu, karena kualitasnya sudah diakui, gitu lo. Jadi, JANGAN GILA DONG!," kata Anto menirukan gaya Ivan Gunawan di acara MamaSelebShow di Indosiar.


Powered by ScribeFire.

Tidak ada komentar: