Rabu, 16 April 2008

Memahami Genre Buku Cerita Anak #3

Early Picture Books

Setelah membersihkan meja yang kotor, Anto pun duduk kembali menemani sahabatnya yang haus akan informasi itu.

"Nah, jadi bagaimana?" tanya Andi tidak sabar.

"Yaelah, baru juga duduk. Kasih napas dulu, dong!" sahut Anto sambil terrtawa.

"Oke, setelah dua genre yang sudah kusebutkan tadi, genre yang ketiga adalah Early Picture Books. Genre ini...," belum selesai Anto berbicara, Andi langsung menyambar. "Wah, ngaco nih! Mentang-mentang awalnya ada Picture Books, trus selanjutnya kamu bikin ada ilernya picture books. Ntar, lama-lama ada pipisnya atau ompolnya picture books lagi".

"Lho?! Siapa yang ngomongin iler?" tanya Anto kebingungan.

"Wah, jangan anggap aku orang bodoh, Nto. Biar gini-gini aku masih ada turunan einsten lho," sesumbar Andi yang tentunya makin nunjukkin (waduh nggak tega ngomongnya neh!). Pokoknya tahu sendiri lah!

"Aku kan tadi ngomong early bukan iler. Dan itu aku nggak mengada-ada. Memang dari yang pernah aku baca, genre buku cerita anak ya...kayak gitu," jelas Anto.

"Ya, terserah deh! Lawan kamu gua pasti kalah!" kata Andi.

Anto yang mendengar sahabatnya itu nggak mau tahu cuman geleng-geleng kepala. "Nggak ilang-ilang adat yang sok tahu dari anak ini," batin Anto, tapi kemudian mulutnya berkata, "Oke! Aku lanjutin nih. Genre Early Picture Books ini sebentuk dengan picture books. Namun, dilengkapi sedemikian rupa untuk usia-usia akhir di batas 4 hingga 8 tahun.

Ceritanya sederhana dan berisi kurang dari 1.000 kata. Banyak buku genre ini yang dicetak ulang dalam format board book untuk melebarkan jangkauan pembacanya.

The Very Hungry Caterpilar (Philomel Publishing) karya Eric Carle adalah salah satu contohnya".

"Nah, gimana? Dah paham?" tanya Anto sambil menghirup lagi secangkir kopi panasnya.

"Ya..lumayanlah. Cuman tunggu dulu ya. Aku mau nyatet keterangan kamu tadi biar bisa kuhapal dan kubaca lagi kalau aku perlu. Coba ulangi lagi dari awal penjelasanmu," pinta Andi sambil mencari kertas dan pena, sedangkan Anto yang mendengar permintaan Andi langsung saja tersedak dan akibatnya muncratan air kopi dari mulutnya nyampe juga ke wajah Andi (wuih...sadis banget, gimana rasanya kena muncratan kopi dari mulut gitu, ya? Tapi sengaja tidak digambarkan disini, biar nggak pada muntah. Tapi klo mau ngebayangin sendiri juga nggak papa kok. He.he.he.he...)

Bersambung

Tidak ada komentar: