Melanjutkan percakapan mereka pada hari sebelumnya, Anto memberikan beberapa poin tentang pembelajaran menulis mereka selama ini.
"Selanjutnya, yang mesti kamu perhatikan dalam menulis cerita anak-anak adalah pemilihan setting atau lokasi," kata Anto mengawali pembicaraan mereka.
"Ya, itu aku masih sedikit mengingatnya. Pemilihan setting atau lokasi itu sendiri mesti kita sesuaikan dengan tema cerita, kan?" tanya Andi menegaskan.
"Ya.. iyalah. Dan untuk itu, kamu juga mesti memahami deskripsi dalam cerpen serta jangan lupakan Pesan moral dalam cerita untuk anak-anak itu yang harus kita sisipkan, sehingga cerita yang kita buat lebih sarat ilmu dan pendidikan bagi generasi muda kita, bukan hanya cerita yang bersenang-senang saja," tandas Anto.
Blog ini mencoba menyuguhkan teknik yang berbeda mengenai tips dan trik bagaimana menulis sebuah cerita untuk anak! Jujur, saya banyak mendapatkan referensi dari berbagai milis dan saya coba tuangkan dalam bentuk "pembelajaran" yang berbeda, yaitu melalui dialog dua orang yang bernama Anto dan Andi.
Selasa, 04 November 2008
Minggu, 02 November 2008
MTM (Mengulang Tentang Menulis)
Sudah sangat lama sekali Anto dan Andi tidak bersua. Saat berjumpa, hal pertama yang ditanyakan oleh Andi adalah mengenai MENULIS!
"Waduh, mbok yao tanya yang lain dulu. Tanya kabar, kek, apa kek gitu. Ini kok langsung tanya soal menulis. Emangnya nggak ada pertanyaan lain apa?" protes Anto sebelum menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
"Ya... aku sih udah tahu kabar kamu baik-baik saja," jawab Andi pendek.
"Lho, tahu dari mana?" Anto kali ini kebingungan dan berpikir selama tidak bertemu, mungkin Andi telah belajar ilmu meramal.
"Fakta! Bahwa kamu berdiri di sini dan tidak kurang suatu apa, hal itu menandakan bahwa kamu dalam keadaan sehat wallafiat kan?!" jawab Andi lugas yang membuat Anto tersenyum sendiri.
"Trus apa yang mau kamu tanyakan soal menulis, bukankah sudah banyak kamu mencatat apa yang sudah kita bicarakan selama ini?" tanya Anto lagi.
"Iya, tapi ada beberapa lembar catatan awal gua menghilang," kata Andi memberi alasan.
"Makanya kalau punya catatan penting itu disimpan yang rapi, biar nggak ilang," sungut Anto.
"Yee.. aku sih menyimpan dengan baik, cuman kemaren orangtuaku kekurangan kertas buat bungkus barang dagangannya, dan tanpa tanya kepadaku, dia langsung mengambil tumpukan kertas milikku untuk dijadikan bungkus," jawab Andi dengan nada kesal.
Anto yang mendengar jawaban Andi langsung terpingkal-pingkal. "Oke deh. Aku kasih rambu-rambu aja, ya".
"Rambu Lalu Lintas?" tanya Andi polos.
"Bukan rambu itu, tapi sekedar kata kunci untuk mengingatkan kamu tentang latihan menulis kita terdahulu," tukas Anto sambil melanjutkan, "Yang pertama, seingatku kita membahas tentang Menemukan Ide, kemudian Dongeng 'Cerita Tanpa Batas', lalu Menulis Ulang, Menerjemahkan, Mengadaptasi dan Karya Sendiri. Yang lainnya nanti aku ingat-ingat lagi, sekarang cukup itu dulu, ya".
"Huuu...dasar pelit!" kata Andi tapi dengan rasa terima kasih karena dibantu mengingat latihan-latihan awal mereka menulis dulu.
"Waduh, mbok yao tanya yang lain dulu. Tanya kabar, kek, apa kek gitu. Ini kok langsung tanya soal menulis. Emangnya nggak ada pertanyaan lain apa?" protes Anto sebelum menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
"Ya... aku sih udah tahu kabar kamu baik-baik saja," jawab Andi pendek.
"Lho, tahu dari mana?" Anto kali ini kebingungan dan berpikir selama tidak bertemu, mungkin Andi telah belajar ilmu meramal.
"Fakta! Bahwa kamu berdiri di sini dan tidak kurang suatu apa, hal itu menandakan bahwa kamu dalam keadaan sehat wallafiat kan?!" jawab Andi lugas yang membuat Anto tersenyum sendiri.
"Trus apa yang mau kamu tanyakan soal menulis, bukankah sudah banyak kamu mencatat apa yang sudah kita bicarakan selama ini?" tanya Anto lagi.
"Iya, tapi ada beberapa lembar catatan awal gua menghilang," kata Andi memberi alasan.
"Makanya kalau punya catatan penting itu disimpan yang rapi, biar nggak ilang," sungut Anto.
"Yee.. aku sih menyimpan dengan baik, cuman kemaren orangtuaku kekurangan kertas buat bungkus barang dagangannya, dan tanpa tanya kepadaku, dia langsung mengambil tumpukan kertas milikku untuk dijadikan bungkus," jawab Andi dengan nada kesal.
Anto yang mendengar jawaban Andi langsung terpingkal-pingkal. "Oke deh. Aku kasih rambu-rambu aja, ya".
"Rambu Lalu Lintas?" tanya Andi polos.
"Bukan rambu itu, tapi sekedar kata kunci untuk mengingatkan kamu tentang latihan menulis kita terdahulu," tukas Anto sambil melanjutkan, "Yang pertama, seingatku kita membahas tentang Menemukan Ide, kemudian Dongeng 'Cerita Tanpa Batas', lalu Menulis Ulang, Menerjemahkan, Mengadaptasi dan Karya Sendiri. Yang lainnya nanti aku ingat-ingat lagi, sekarang cukup itu dulu, ya".
"Huuu...dasar pelit!" kata Andi tapi dengan rasa terima kasih karena dibantu mengingat latihan-latihan awal mereka menulis dulu.
Labels:
Books,
buku cerita anak,
cerita,
genre cerita anak,
ide,
Menulis Cerita Anak
Langganan:
Postingan (Atom)