Selasa, 20 November 2007

Menulis Ulang, Menerjemahkan, Mengadaptasi dan Karya Sendiri

Menulis Bacaan Anak
(Seri 6)

Dongeng:
Menulis Ulang, Menerjemahkan, Mengadaptasi dan Karya Sendiri

Sabtu malam minggu, Anto sedang asyik-asyiknya menikmati sebatang rokok yang mereknya bisa buat belajar berhitung. Hisapannya yang dalam menandakan bahwa dia sangat menikmati sekali rokok tersebut.

"Hallo, Brur. Sendirian aje nih. Nggak malam mingguan?" tiba-tiba Andi datang dan langsung duduk di kursi sebelah Anto.

"Alah, kayak kamu yang malam mingguan aja. Kamu sendiri nggapain ke sini?" Anto balas bertanya.

"Aku ke sini, ya.. untuk nemenin kamu biar nggak sendirian. He.he.he...," jawab Andi sambil nyengir.

"Udah, ah. Sesama jomblo dilarang meledek," kata Anto. "Eh, gimana dengan cerita dongeng kamu, apa udah jadi?"

"Ya...ada sih ide dan siap digarap. Tapi, ada ladi yang bikin aku bingung nih," jawab Andi.

"Kamu tuh bingung melulu. Kapan enggaknya sih. Bingung apa lagi?"

"Itu, aku dah ada ide, tapi dongengnya kan sudah sering didengar orang. Jadi, apa boleh aku buat cerita dongeng itu dan aku kirimkan ke lomba menulis dongeng itu?" tanya Andi.

"Ya, kalau mau ikut lomba menulis dongeng sih, jangan pakai dongeng yang sudah pernah ada. Cari dong ide cerita lain. Klo kamu pakai dongeng yang sudah ada di masyarakat itu namanya bukan nemu ide. Tapi kopas doang," sindir Anto.

"Apaan lagi tuh kopas?" tanya Andi kebingungan.

"Kopas itu Kopi-Paste alias menjiplak mentah-mentah," jawab Anto.

"Wah, ya enggak lah. Banyak kok cerita-cerita dongeng rakyat yang penulisnya berbeda-beda. Aku pernah lihat dongeng Sangkuriang diceritakan oleh si Anu, dongeng Malin Kundang diceritakan oleh si Anu dan banyak lagi," bantah Andi.

"Kalau yang begituan, memang ada semacam "kode etik"-nya. Jadi, nggak sembarangan aja main bikin dongeng yang sama dan mencantumkan namamu sebagai penulisnya," jelas Anto.

"Jadi, harus gimana dong?" kini Andi semakin meminta penjelasan karena dia makin bingung mendengar jawaban dan penjelasan dari Anto.

"Ya.. nggak gimana-gimana," goda si Anto yang tertawa ngakak melihat mulut Andi yang memble jadi makin memble karena manyun.

"Oke-oke," kata Anto akhirnya. "Aku jelasin deh. Dulu, waktu pertama kali mau menulis dongeng, aku pernah membaca di milis Penulis Bacaan Anak mengenai masalah title pengarang ini. Yang aku ingat, pertama adalah menulis ulang. Artinya, dongeng yang kita buat bukanlah karya orisinil kita. Umumnya diambil dari cerita rakyat yang sudah sulit untuk dilacak pengarangnya. Contohnya, seperti yang sudah kamu sebutkan tadi, yaitu Sangkuriang, Malin Kundang dan yang lainnya. Untuk dongeng-dongeng seperti ini kita boleh menulis ulang dongeng tersebut dengan versi yang mungkin lebih baik.

Kemudian yang kedua adalah menerjemahkan. Menerjemahkan berarti dongeng yang kita buat merupakan hasil terjemahan dari karya-karya asing. Bagi penulis pemula, menerjemahkan merupakan titik awal yang baik. Dari sini mereka bisa mempelahari berbagai hal, termasuk penggalian ide. Selama dongeng itu baik dan belum banyak beredar, biasanya majalah atau tabloid anak-anak mau menampung karya-karya terjemahan.

Yang ketiga adalah mengadaptasi. Bagi sebagian penulis dongeng, sekedar menerjemahkan begitu saja mungkin kurang puas. Maka sebuah dongeng dari negeri China, bisa saja berubah di tangan penulis ini. Dengan memindahkan setting ke tanah Jawa, mengganti nama dan tokoh yang berbau Jawa... maka lahirlah sebuah dongeng adaptasi. Tentu saja si penulis tetap dituntut kejujurannya menulis sumber aslinya.

Dan yang keempat atau terakhir adalah karya sendiri. Jika dongeng itu benar-benar orisinil muncul dari kepala kita, maka menjadi hak kita untuk mencantumkan nama kita begitu saja. Tanpa embel-embel; dikisahkan kembali oleh, diterjemahkan oleh, diadaptasi dari.... Memang kadang redaksi agak ragu. Apalagi, kalau dongeng yang kita buat mengambil setting di negara-negara nun jauh di sana. Untuk itu, di surat pengantar, kita boleh meyakinkan para dewan redaksi bahwa dongeng itu memang asli karya kita sendiri. Begono."

Anto yang sedari tadi menerangkan sambil merokok dan menatap ke depan, kaget setengah modar melihat Andi asyik molor di bangku sebelahnya. "Lho? Dasar semprul, orang berbusa-busa neranginnya, kamu malah molor".

Tidak ada komentar: