Suatu hari Anto tengah duduk di teras rumahnya sambil menikmati pisang goreng anget dan didampingi secangkir kopi (maklum Anto belum nikah, jadi yang mendampinginya bukan istri. Hi..hi..hi.).
Tengah asyik mencomot pisang yang kedua dan menyeruput kopi untuk yang kesekian kalinya, Andi datang berkunjung.
"Wah, asyik neh, sore-sore makan pisang goreng anget ditemani secangkir kopi panas. Apalagi habis hujan deras begini," goda Andi yang langsung duduk dan mencomot pisang goreng di meja.
"Ya...namanya juga masih bujang, Ndi. Kalau dah kawin, habis hujan begini mending "bertapa" di dalam kamar bareng istri," balas Anto. "Lagian, tumben kamu datang kesini habis hujan-hujan. Biasanya, kamu malah asyik molor klo hujan deras".
"Nggak tahu neh, Nto. Tiba-tiba aja tadi pengin ke sini, rupanya Allah menunjukkan aku bahwa di sini ada rezeki berupa pisang goreng anget, cuman kurang kopinya aja," jawab Andi asal-asalan.
"Ah, kamu. Kalau mau bikin aja sendiri sana. Kopi dan gulanya ada di belakang. Kebetulan air panasnya juga masih ada sisa banyak, jadi tinggal tuang aja," kata Anto.
"Wah, terima kasih neh. Kesempatan seperti ini tak akan datang dua kali, jadi aku tidak akan menolak tawaran baikmu," kata Andi yang langsung ngeloyor ke belakang untuk membuat kopi panas.
Setelah kembali duduk di sebelah Anto, Andi segera menyeruput kopi panasnya dan kembali mengambil satu pisang goreng anget. Matanya sesekali melirik ke arah Anto. "Nto, kamu ikut nggak lomba penulisan di majalah anak-anak 'Mau Apa'?"
"Ikutan dong. Kan lumayan kalau menang, hadiahnya 4 juta, Bo," jawab Anto. "Kamu sendiri ikutan, nggak?"
"Penginnya sih ikutan. Cuman kok susah banget cari idenya," Andi menjawab dengan pasrah. "Makanya bantuin dong cari idenya".
"Biar banyak ide tuh, orang mesti sering membaca, menambah dan memperluas pengetahuan, juga mesti G 4 U L," jelas Anto.
"Apaan tuh, G 4 U L?" tanya Andi.
"Itu artinya GAUL. Jadi orang tuh mesti gaul biar tahu informasi. Jadi otak nggak beku," jawab Anto.
"Nah, sekarang coba kamu sebutkan satu benda yang ada di sekitar kamu".
Andi tampak celingak-celinguk mencari benda aneh dan unik di sekitarnya. Karena nggak sabar, Anto pun berkata, "cepetan dong, apa kek gitu. banyak benda di sini kok susah banget nyebutnya."
"Ya..tunggu, dong. Kan mesti cari benda yang unik dan aneh," jawab Andi sok tahu.
"Ngapain harus sulit-sulit cari benda yang unik dan aneh. Yang unik itu ceritanya bukan bendanya. Benda biasa aja kalau kamu bisa merangkai ceritanya dengan baik bakal jadi cerita yang unik dan menarik," jawab Anto sambil menjelaskan.
"Lho, benda yang unik kan juga menentukan," bantah Andi membela diri.
"Emang bener, cuman klo nggak nemu yang unik kenapa mesti dipaksain. Trus klo nggak nemu, nggak bikin cerita gitu," jawab Anto. "Ya udah sebutin benda apa aja, sekarang!"
"Ehmmmm......... cincin, deh," kata Andi.
"Oke. Cincin," ulang Anto. "Cincin biasa dipakai oleh siapa?"
"Ehm... kayaknya siapa aja bisa pakai cincin," kata Andi.
"Cari yang nggak bisa dan biasa dong. Katanya mau cerita yang unik," jawab Anto nggak sabaran.
"Dipakai siapa dong. Kalau aku bisa sih nggak bakal susah cari ide begini," Andi menjawab tak mau kalah.
"Ya, makanya aku bantu untuk menemukan ide dan nyiptain cerita yang unik dari ide itu. Usaha dong, maunya terima beres aja sih."
"Aku bener-bener nggak tahu neh," Andi menyerah.
"Oke, begini misalnya. Cincin. Cincin itu dipakai oleh bayi yang ditemukan di tempat sampah. Saat ditemukan, di jari bayi itu terdapat sebuah cincin emas dengan tulisan "AW". Nah, dari huruf itu cerita bisa dikembangkan.
Misalnya, huruf "AW" ternyata adalah inisial seorang pengusaha yang masih mempunyai keturunan ningrat, dan bayi itu merupakan anaknya yang terlahir dengan kekurangan fisik, atau disebabkan oleh hal lain.
Nah, ide telah kita temukan. Sedikit pengembangan cerita telah kita rumuskan. Tugas kamu sekarang, tinggal membuat cerita dari ide dan sedikit pengembangan tadi. Bisa, kan?" tanya Anto.
"Sip. Kalau kayak begini, aku dah bisa bikin cerita. Oke aku pulang dulu ya," kata Andi sambil pamit pulang.
Belum sepuluh langkah, Andi tiba-tiba balik kembali. "Ada lagi yang belum jelas, Ndi?" tanya Anto.
"Eh, nggak kok. Cuman ini, boleh nggak aku pulang sambil bawa empat pisang goreng anget itu," kata Andi malu-malu.
"Uhhh, kirain apaan. Dasar nggak mau modal kamu".
Cerita terinspirasi dari sebuah milis penulis anak asuhan Benny Rhamdani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar