Selasa, 20 November 2007

Resensi, Apakah itu?

Suatu sore, Andi bertandang ke rumah Anto, sahabat karibnya. Setelah mengucap salam dan mendapat balasan, Andi pun segera masuk ke rumah sahabatnya itu. Andi melihat Anto sedang membaca sebuah buku, sementara di depannya tergeletak beberapa buku yang masih disampul dengan plastik, tanda bahwa buku itu adalah buku baru.

"Wah, lagi banyak duit nih, pakai borong buku sebanyak ini," kata Andi sambil mengambil sebuah buku novel tentang cerita cinta khas anak muda.

"Ah, nggak juga. Ini semua buku kiriman dari sebuah penerbit," jawab Anto.

"Lho, emangnya kamu menang lotere?" tanya Andi penasaran.

"Bukan. Ini buku kiriman mereka yang mesti aku resensi," jawab Anto singkat.

"Ah, capek banget harus baca buku sebanyak ini demi kepentingan orang lain," ledek Andi.

"Lho siapa bilang hanya demi kepentingan orang lain. Aku juga berkepentingan dan mendapat untung dari meresensi buku-buku ini," jelas Anto.

"Ah, masa'?" Andi melongo. "Gimana caranya?"

"Bagiku keuntungannya adalah aku bisa mendapat buku-buku gratis dan juga uang. Pertama, para penerbit memberiku buku -buku terbitan mereka yang terbaru untuk aku resensi. Yang kedua, bila aku mengirim resensi itu ke surat kabar, maka aku pun akan mendapat honor dari tulisanku itu. Enak, kan?" Jelas Anto sambil tersenyum.

"Wah, kalo gitu, ajari aku dong," rengek Andi seperti anak kecil.

"Oke. Tapi sebelum mengajarimu, aku akan memberi pengetahuan dasar tentang apa yang dimaksud dengan Resensi.

Dalam bahasa Belanda, kata 'recensie' itu sama artinya dengan kata 'review' dalam bahasa Inggris. Kedua kata itu bersumber dari bahasa Latin 'revidere'," Anto pun mulai menjelaskan pengetahuan dasar tentang resensi.

Sementara itu, Andi mendengarkannya sambil manggut-manggut kayak ayam matok biji jagung di tanah.
"Revidere itu berasal dari kata 're' yang berarti kembali dan kata 'videre' yang berarti melihat. Gimana, paham, kan?" tanya Anto.

"Hmm..." jawab Andi.

"Nah, dua arti kata tadi, bila digabungkan menjadi 'melihat kembali'. Kata ini meluas menjadi 'mengatakan kembali secara tertulis atas sebuah karya/buku secara obyektif."

"Hmm... kok pakai ngobyek segala sih. Emang resensi itu makelar juga, ya," potong Andi dengan ekspresi bingung.

"Ngobyek....ngobyek Mbahmu!" jawab Anto sewot. "Kubilang obyektif, bukan ngobyek sih."

"Oh, ya udah. Nggak usah sewot dong. Lanjut aja," kata Andi santai.

Dengan wajah masih sewot, Anto melanjutkan penjelasannya. "Dalam prakteknya, resensi dibedakan antara rewiew atau tinjauan buku dan criticism atau timbangan. Dalam me-rivew buku, kita tidak boleh membawa opini pribadi, meski hal itu sangat sulit untuk dihindari."

"Kenapa begitu?"

"Ya, sebab, mungkin saja kita bukanlah seorang ahli dalam bidang yang disajikan buku tersebut."

"Tapi, kalau kita menganalisanya?"

"Kalau begitu, kita tidak lagi membicarakan isi buku, tetapi konteks dan relevansi buku tersebut. Gimana, bisa paham, kan?" tanya Anto.

"Sedikit banyak aku bisa memahami apa yang kamu sampaikan," jawab Andi. "Menurut aku, ada beberapa hal yang bisa kita perhatikan dalam meresensi."

"Wah, apa itu?"

"Pertama, tujuan meresensi buku adalah menyajikan kepada pembaca apakah sebuah buku layak memperoleh sambutan atau tidak.

Yang kedua, pertimbangan yang kita sampaikan disesuaikan dengan selera pembaca. Oleh karena itu, pertimbangan yang disampaikan melalui media massa, berbeda-beda.

Ketiga, kita harus tahu betul tujuan pengarang buku.
keempat, kita mencantumkan riwayat buku: pengarang, editor, penerbit, tempat penerbit, jumlah halaman, harga buku, dan lain sebagainya.

Kelima, kita mesti mampu meyakinkan atau menunjukkan pada pembaca tentang buku baru atau buku yang telah langka, termasuk golongan manakah buku itu.

Keenam, kita harus pula menunjukkan keunggulan buku dari segi penulisan, organisasi buku, perwajahan, dan bahasanya.

Sekarang aku yang tanya sama kamu, gimana kesimpulanku tadi?"

Mendengar apa yang baru saja disampaikan oleh Andi, Anto hanya bisa melongo tak percaya. "Kok mendengar penjelasanku sebentar saja kamu sudah bisa menarik kesimpulan setepat itu?"

"Ya, iyalah. Kan aku sendiri selama ini juga banyak dapat keuntungan dari meresensi buku," jawab Andi sekenanya.

"Ha...!"

Tidak ada komentar: