Selasa, 20 November 2007

Dongeng Kontemporer

Menulis Bacaan Anak (Seri 5) Dongeng: Cerita Tanpa Batas Kontemporer

Sambil menunggu kembalian uang pembelian bakso, Anto memberikan tips-tips ringan dalam membuat sebuah dongeng.

"Andi, nggak perlu pusing-pusing kalau mau membuat cerita atau dongeng itu. Untuk langkah awal, kamu bisa tentuin dulu jenis dongeng apa yang ingin kamu buat. Kemudian, pikirkan setting waktu dan tempatnya," kata Anto.

"Boleh nggak settingnya di negeri Perancis ceritanya?" potong Andi.

"Boleh-boleh aja. Tapi mending jangan terlalu jauh dulu. Karena kita hidup di Indonesia, akan lebih mengena apabila kita membuat dongeng yang mengambil setting di Indonesia. Setelah itu, baru buat jalan ceritanya. Tonjolkan keajaiban apa saja yang akan dimunculkan, tapi inipun nggak harus selalu. Dan jangan lupa, perhatikan ejaan yang kamu pergunakan. Kamu tuh biasanya asal sudah nulis, nuliiiiiiiis aja, tanpa perduli bener apa nggak ejaannya. Trus titik komanya udah tepat belum penempatannya. Klo sembarangan begitu biar bagus, orang lain juga jadi nggak seneng bacanya. Klo untuk lomba, bisa dipastikan nggak bakal memang naskah kamu," jelas Anto.

Ternyata rasa kenyang makan bakso, tidak mempengaruhi kelaparan Andi akan informasi mengenai kategori dongeng. Setelah beristirahat sejenak dan menikmati segelas air es, Andi kembali membombardir Anto dengan berbagai pertanyaan.

"Ternyata banyak juga, ya jenis dan macam cerita pendek. Trus, aku pernah lihat dan baca sebuah cerita untuk anak yang isinya itu ada kejadian yang ajaib tapi terjadi di dunia nyata, artinya ceritanya relistis tapi dicampur dengan peristiwa-peristiwa yang ajaib. Klo begitu masuk yang mana, ya?"
Setelah menyeruput air minumnya, Anto pun menjawab. "Setahuku, cerita seperti yang kamu katakan itu masuk dalam kategori cerita atau dongeng kontemporer. Cerita atau dongeng kontemporer ini merupakan perpaduan cerpen (cerita realita) dengan keajaiban".

"O... gitu. Jadi kalo sekarang nih, misalkan air es di dalam teko ini tadinya ada. Kemudian aku tuang ke gelasku dan glek-glek, habis tak bersisa. Itu juga termasuk cerpen kontemporer, ya?" tanya Andi sambil meletakkan kembali gelas yang isinya sudah diminum habis.

"Ya..tidak sesederhana itu. Klo di alam realita dan kemudian dibumbui dengan keajaiban-keajaiban itu baru bisa dimasukkan ke dalam cerita kontemporer. Klo cuman begitu....," Anto menghentikan kata-katanya sesaat. Matanya melotot melihat air es di teko telah ludes dihabiskan oleh Andi. "Klo begitu, kamu yang nggak bener. Pura-pura nanya tapi sambil ngabisin air es sisa terakhir di teko. Dasar kamu, ya...Eh mau kemana kamu?"

"Sori, To, aku ada perlu mendadak," teriak Andi yang berlari menjauh sambil menutupi kepalanya yang jadi sasaran lempar tutup teko oleh Anto.

Tidak ada komentar: