Selasa, 20 November 2007

Kategori Cerita Pendek Anak-Anak

Tak seperti biasanya, hari ini Anto tampak berjalan-jalan keliling kampung dengan wajah ceria dan bibir yang dimonyongkan (baca: bersiul). Beberapa kali tampak Anto menyapa dengan ramah para tetangga yang kebetulan berpapasan dengannya. Tidak cuma orang (baca: manusia), bahkan hewan pun (baca:...nggak perlu diterangin lagi dong?!) turut mendapat sapaan yang ramah darinya.

Memang, kalau lagi dapat rezeki, Anto suka bertingkah sedikit norak dan merasa seperti orang kaya baru sehingga semua harus disapa dan ditegur supaya ditanya dan dia bisa menjawab "Ah, tidak ada apa-apa kok, cuman baru dapat rezeki aja".

Jawaban yang sok merendah padahal niatnya pengen pamer (hayo...mirip siapa hayo?). Tapi, biar suka sedikit pamer gitu, Anto bukan orang yang pelit. Buktinya, langkah kakinya menuju rumah sahabatnya, Andi, dengan langkah ringan.

"Assalamualaikum...!" teriak Anto dari luar pagar tetangga Andi (lho kok luar pagar tetangga sih? Maklum kontrakan Andi kan paviliun, jadi tiga rumah pakai satu pagar).

"Waalaikumsalam....!" jawab Mak Lela yang tinggal di sebelah rumah Andi.

"Wah.. maaf Nak, kalau mau minta sumbangan mesti punya surat keterangan dari pak RT dan Pak RW dulu," jawab Mak Lela sekenanya karena melihat Anto membawa-bawa majalah yang dikiranya map berisi permintaan sumbangan.

"Waduh saya bukan mau minta sumbangan Mak, saya Anto temennya Andi. Andi-nya ada Mak?" teriak Anto yang agak sewot karena disangka mau minta sumbangan.

"Oh... Anto, to, kirain orang mau minta sumbangan. Habis pakai bawa map ama pakai kopyah sih, Mak pikir tukang minta sumbangan," jawab Mak Lela sambil membukakan pintu pagar untuk Anto.

"Makanya Mak, kacamatanya dipakai biar nggak salah sangka," kata Anto.

"Eh, iya. Mak sampai lupa naruh kacamata tadi dimana, ya?" kata Mak Lela sambil celingukan nggak jelas.

"Yah, Emak, pakai celingukan lagi. Kan, kacamatanya dah nangkring di jidat sedari tadi," jawab Anto.

"Astagfirullah Hal'adzim, pantas dari tadi Mak ngubek-ngubek lemari dan bufet kagak ketemu-temu, nggak tahunya nangkring di jidat. Dasar kacamata nggak sopan," gerutu Mak Lela sambil ngebenerin letak kacamata di hidungnya.

Anto yang melihat tingkah Mak Lela hanya senyam-senyum sambil garuk-garuk kepala.

"Andi-nya ada, Mak?" tanya Anto lagi.

"Nggak tahu, tuh. Sedari tadi nggak kelihatan keluar rumah, sakit kali," jawab Mak Lela sambil ngeloyor pergi masuk ke rumahnya.

"Lho, Mak Lela mau kemana?" tanya Anto.

"Mau nerusin main PS, nanggung neh, main Pro Evolution lagi kalah dua satu lawan Perancis gara-gara nggak pakai kacamata," jawab Mak Lela sambil nutup pintu rumahnya.
Gubrak!! hampir aja Anto jatuh terduduk mendengar jawaban Mak Lela. Nggak nyangka, dah umur 65 tahun masih doyan main PS juga, pikir Anto sambil ngelus dadanya.

"Assalamualaikum.....," teriak Anto lagi, tapi kini sudah di depan pintu kontrakan Andi. Tok, tok, tok. "Assalamualaikum....."

"Waalaikumsalam," terdengar jawaban, tapi dari arah rumah Mak Lela. "Ampun deh, banyak banget tamu hari ini. Gangguin orang main PS aja, neh!" Mak Lela keluar rumah dan langsung menuju pagar.

"Lho, kok nggak ada orang, tapi ada suara. Hiiii... jangan-jangan ada hantu di siang bolong," jerit Mak Lela sambil lari masuk ke rumah kembali.

Anto yang melihat kelakuan Mak Lela sampai ngakak guling-guling di depan pintu rumah Andi.

"Lho, kamu ngapain guling-guling di sini, To. Emang mau tayammum. Kalau mau mandi junub lebih baik mandi pakai air jangan pakai debu di depan rumahku dong. Ntar disangka orang gila, lho," kata Andi yang tiba-tiba nongol sambil buka pintu.

Melihat Andi sudah keluar, Anto seketika menghentikan aksi guling-gulingnya. "Ah, kamu, Di, giliran dipanggil nggak keluar-keluar, gilirang orang nggak manggil, tiba-tiba nongol begitu aja. Ngapain aja sih di dalam rumah, kayak ayam bertelur aja," balas Anto nggak mau kalah.

"Tadi tuh aku lagi tidur, ngantuk banget nih. Emang ada apaan sih, tumben kamu mau mampir ke rumahku," tanya Andi penasaran. Sebab, nggak biasanya Anto mau main ke rumahnya.

"Aku mau ngajak kamu makan mie rebus di warung Bang Maman, neh," kata Anto.

"Wah, lagi dapat togel kamu, pakai ngajak makan-makan segala," goda Andi.

"Udah, nggak usah banyak cincong, mau nggak?" tanya Anto rada gedek liat gaya Andi yang banyak nanya. Mau dikasih enak, nanya mulu lagi, pikir Anto.

"Mau banget, dong. Cuman kalau mau nraktir orang jangan tanggung-tanggung dong," kata Andi.

"Maksud loe?"

"Ya, jangan cuma mie rebus Bang Maman, sekali-sekail pizza, kek, hamburger, kek,...."

"Tokek, kek. Mau makan tokek?" potong Anto yang makin sewot lihat kelakuan Andi. "Mau nggak, kalau nggak aku jalan sendiri nih," kata Anto sambil langsung ngeloyor pergi.

"Eh, mau, dong, mau!" teriak Andi sambil berlari menyusul Anto.

"Woi, apa-apaan kamu, masak mau ikut ke Bang Maman kayak begitu?" ganti Anto yang teriak melihat Andi berlari menyusulnya.

"Lho emang kenapa?" tanya Andi kebingungan.

"Celana kamu mana? Emang kamu mau pergi pakai kolor doang?" jawab Anto cengingisan.

Begitu sadar melihat keadaannya, Andi langsung masuk ke dalam rumah secepat kilat (benar-benar secepat kilat, kayak The Flash).

(bersambung dulu ya......
sambil jangan lupa isi komentarnya dong! Biar bisa diperbaiki kekurangan blog ini.
Terima kasih)

1 komentar:

ansea mengatakan...

blognya informatif kak, belajarnya jadi bisa santai dengan adanya Andi & Anto. salam kenal.